SENYUM, SALAM, DAN SAPA
Budaya senyum, salam, dan sapa atau yang biasa dikenal dengan budaya 3S merupakan budaya yang harus dilestarikan.
Senyum, salam, dan sapa merupakan pembuka interaksi yang terjadi di sekolah.
Interaksi antarwarga sekolah dengan senyum, salam, dan sapa dapat meningkatkan kerukunan, serta menciptakan lingkungan yang kondusif.
Pembiasaan senyum, salam, dan sapa sangat baik karena dapat mewujudkan sikap yang positif dalam diri, sehingga tercapai komunikasi baik.
Menurut penelitian, ketika senyum otot wajah yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan cemberut yaitu sekitar 17 otot,
dibandingkan dengan ketika cemberut yaitu 43 otot.
Senyum dapat mengurangi kinerja otot wajah yang tidak perlu.
Senyum juga dapat bermanfaat untuk mengurangi stress. Selain itu, senyum juga bernilai ibadah.
Salam merupakan suatu pernyataan hormat yang menciptakan kondisi damai.
Salam membuat orang saling mengenal dan memahami,
hingga tercipta saling menyayangi.
Ketika orang memberikan salam kepada orang lain,
orang lain akan merasa senang dan merasa diperhatikan.
Jadi, salam merupakan tindakan baik yang sangat dianjurkan dalam lingkungan sekolah.
Sapa merupakan perkataan untuk menegur, saling bercakap-cakap.
Sapa merupakan salah satu sikap saling menghoramati.
Ketika guru atau teman kita sapa, mereka akan menghargai,
sehingga akan terwujud aura yang positif.
Saat ini budaya senyum, salam, dan sapa sedikit tergerus oleh kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi menjadikan seseorang untuk bersikap lebih individual.
Penggunaan gawai yang berlebihan akan mengurangi interaksi siswa dengan lingkungan sosial.
Kasus yang sering terjadi yaitu siswa hanya berjalan ketika berpapasan dengan guru.
Selain itu, siswa akan menyapa jika bertemu teman sekelas.
Tidak ada lagi inisiatif untuk menyapa, maupun senyum.
Keadaan dilapangan menjadikan senyum, salam, dan sapa sangat diperlukan.
Diawali dengan guru yang selalu menyambut kedatangan siswa dengan ramah.
Interaksi ini dapat menularkan semangat saling peduli diantara guru dan siswa.
Penanaman karakter, mencetak akhlak mulia dalam diri siswa bukan dengan doktrin kata-kata,
akan tetapi dengan sikap baik yang terus menerus dilakukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kepedulian sosial harus diciptakan bersama dengan memulai tindakan senyum, salam, dan sapa.
Pembiasaan senyum, salam, dan sapa mengajarkan sikap ramah dan mendatangkan perasaan aman, nyaman dan menggembirakan.
Interkasi positif ini harus terus dilakukan, di dalam kelas, di lingkungan sekolah, sampai di lingkungan tempat tinggal
Mengapa sobat muda harus menyapa guru/dosen,
karena dengan sapaan berarti sobat muda menunjukkan kalau sobat muda sangat perhatian kepadanya.
Sapaan-sapaan ringan akan membuat suasana hubungan menjadi baik dan menyenangkan,
apalagi kalau guru/dosen dan siswa/mahsiswa dalam keseharian disekolah atau dikampus bisa saling menyapa, aduhai…betapa nyaman dan menyenangkan dunia sekolah atau kampus kita.
Contohnya :
“Selamat pagi Bapak”
“Selamat siang Ibu”
Dalam suasana canda bisa digunakan:
“Halo Bapak”
“Halo Ibu”
Ada apa dengan salam….?
Kekuatan salam sangatlah menakjubkan,
betapa hubungan akan terasa syahdu dan penuh kelembutan apabila sobat muda selalu menebarkan salam kepada siapa saja yang sobat muda temui.
Ucapan salam bisa sobat muda ucapkan ketida akan menghadap guru/dosen, saat sobat muda ketemu dengan guru/dosen,
saat masuk keruangan guru/dosen, saat masuk kelas dan masih banyak lagi saat-saat dimana sobat muda bisa mengucapkan salam.
Contohnya :
“Assalamualaikum Bapak Budi”
“Assalamualikum Ibu Suci”
Menanyakan kabar dan mendoakan saat ketemu dengan guru/dosen,
saat sobat muda berbincang dengan guru/dosen akan membuat hubungan guru/dosen dengan siswa/mahasiswa jadi begitu dekat.
Perhatian yang baik dan lazim dilakukan dalam masyarakat kita salah satunya dengan menanyakan kabar dan mendoakannya.
Contohnya:
“ Bagaaimana kabar Bapak”
“Bagaimana kabar Ibu”
“ Saya selalu mendoakan semoga Bapak/Ibu selalu dalam keadaan sehat dan selalu mendapatkan kenikmatan dari ALLAH”.
Ayo..lakukanlah sobat muda yang budiman,
tinggalkanlah budaya-budaya yang tidak baik yang hanya akan merugikan sobat muda dalam berhubungan dengan guru/dosen, dengan keluarga dan dengan orang lain.
SALIM
“Keutamaan seseorang ketika dia mencium tangan gurunya adalah dalam rangka mencapai kecintaan guru, ridha guru, wujud wasilah penghargaan dan sekaligus pengharapan agar Allah SWT melalui doa dan ilmu yang diajarkan menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita para murid atau santrinya,”
“Bahwa termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya; duduk di tempatnya; memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya; berbicara macam-macam darinya; dan menanyakan hal-hal yang membosankannya. Cukuplah dengan sabar menanti di luar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah. Tidak ada upaya kecintaan dan memuliakan ilmu itu sia-sia, sebab didalamnya banyak Hikmah dan rahasia Allah SWT menyertainya.”
“Ini salah satu keutamaan mengapa kita menghormati dan memuliakan guru dengan salah satunya, menghargai dengan mencium tangan, dari inilah energi positif antara guru dan murid bersatu melahirkan kecintaan dan harmoni. Sehingga Allah SWT menaungi dengan rida dan berkah-Nya,”